Bepergian ke Makassar terasa ada yang kurang jika belum mampir ke Karst Rammang-Rammang, lokasinya yang juga tak jauh dari kota sekitar 40 km di sebelah utara kota Makassar merupakan destinasi wajib dikunjungi menurut saya.
Karst Rammang-Rammang merupakan sebuah tempat di gugusan pegunungan batu kapur (Karst) yang terletak di desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.
Akses menuju Karst Rammang-Rammang sangatlah mudah untuk dicapai, tinggal melewati jalan poros Maros-Pangkep yang merupakan jalan lintas Provinsi kemudian tak jauh dari situ sudah dapat menuju Rammang-Rammang.
Sebelumnya saya juga belum tau seperti apa Karst Rammang-Rammang itu, karena awalnya hanya dikasih tau kalau tujuan kami yaitu ke hutan batu dan setelah perjalan hampir sampai kami disuguhi keindahan bebatuan yang menjulang ke atas dan juga tanaman padi.
Kami harus berhati-hati dalam mengendarai mobil karena jalannya cukup sempit ketika ada mobil yang bersimpangan.
Tak butuh waktu yang lama akhirnya sampai juga di sebuah dermaga yang dapat mengantarkan kami ke kampung Berua menggunakan perahu kecil yang bisa diisi 7-8 penumpang.
Tarif yang dikenakan sekitar Rp.250.000 s/d Rp.300.000 pulang-pergi dari dermaga ke Kampung Berua.
Perasaan was-was dan juga merinding ketika menginjakkan kaki ke sebuah perahu kecil, bagaimana nanti kalau kita jatuh atau menabrak bebatuan yang ada di pinggir sungai, apalagi sebelumnya saya punya pengalaman buruk naik perahu saat menyisiri Pulau Galang Gresik dan Pulau Gili Labak Madura.
Tetapi setelah perahu berjalan seketika perasaan menjadi tenang mungkin karena terpesona dengan kecantikan karst Rammang-Rammang yang berada di antara sungai.
Begitupun pohon nipah dan juga bakau yang memenuhi kanan-kiri sungai membuat kami semakin menikmati pemandangan alam.
Dan yang paling seru ketika perahu bersimpangan dengan perahu lain, saat ada tikungan dan saat melewati celah bebatuan.
Setelah 20 menit, akhirnya kami sampai juga di Kampung Berua dan tak lupa untuk membayar biaya retribusi sebesar Rp.5000.
Saat mulai memasuki kampung Berua terdapat peta wisata sederhana yang dapat membantu kami dalam menjelajah kampung Berua ini, seperti Mata Air, Gua Sikki Berlian, Gua Baru Berlian, dan lain-lain.
Di kampung ini hanya terdapat beberapa rumah, sedangkan mata pencaharian warga disini yaitu bertani dan juga beternak, terdapat juga tambak-tambak yang berisi ikan nila.
Bagi warga muslim jangan khawatir, karena disini sudah di sediakan musholah yang lumayan besar untuk beribadah.
Ada juga beberapa warung yang menjual makanan dan degan, barangkali ada yang ingin menginap kalian bisa langsung menyewa sebuah kamar rumah warga, untuk biaya saya sendiri kurang tau karena belum menanyakan.
Warga sekitar juga sangatlah ramah tamah, jika ada keperluan bisa langsung bertanya.
Rombongan kami mencari area tempat yang luas untuk membakar ikan yang sudah kami bawa dari rumah, tinggal mencari kayu kering yang siap digunakan untuk membakar ikan, kemudian daun pisang untuk menaruh ikan dan nasi yang sudah matang.
Butuh waktu sekitar 2 jam dari mulai membersihkan ikan sampai ikan benar-benar matang dan siap untuk di santap bersama-sama.
Suasana sudah mulai sore dan saatnya untuk balik ke rumah, pengunjung juga masih ada saja yang berdatangan kesini.
Perlu kita ketahui, bahwa Karst Rammang-Rammang merupakan kawasan Karst terbesar ketiga di dunia, setelah Tsingy di Madagaskar dan Shilin di Tiongkok.
Kami merasa bangga menjadi warga Indonesia apalagi masyarakat Makassar yang memiliki kekayaan alam yang sangat indah.
Sangat saya rekomendasikan untuk mengunjungi tempat ini jika kalian bepergian ke Makassar untuk liburan bersama teman, kekasih ataupun keluarga.