Alibaba pelaku e-commerce terbesar di China, Alibaba Group Holding kemarin mengumumkan telah mengakuisisi saham mayoritas dari perusahaan situs belanja Lazada. dari data Business Wire, investasi ini terdiri dari penanaman equity capital baru sebesar 500 juta dollar AS dan akuisisi dari sejumlah pemegang saham lain.
Para pemegang saham lain ini termasuk Rocket Internet dan Kinnevik yang sudah melepas semua sahamnya di Lazada ke Alibaba. Tesco, operator supermarket asal Inggris, masih memiliki saham sebesar 8,3 persen. Kesepakatan tersebut juga mencakup pilihan bagi Alibaba untuk membeli saham yang tersisa dari investor lain dalam kurun waktu 12 hingga 18 bulan setelah kesepakatan ini diselesaikan.
Nilai total investasi Alibaba di Lazada mencapai kisaran 1 miliar dollar AS atau setara Rp13 triliun. Keputusan Alibaba yang begitu agresif ini dilakukan untuk memperluas pasar ke kawasan Asia Tenggara, karena Lazada punya basis konsumen besar di lokasi ini.
“Dengan berinvestasi di Lazada, Alibaba menambah akses ke platform dengan basis konsumen yang besar dan terus tumbuh di luar China,” sebut Presiden Alibaba Michael Evans dalam sebuah pernyataan resmi perusahaan.
CEO Lazada Group, Max Bittner, menambahkan bahwa wilayah Asia Tenggara yang menjadi daerah operasionalnya adalah pasar menarik dengan ruang luas untuk dapat terus berkembang. “Transaksi ini akan membantu kami mencapai tujuan produk-produk paling beragam dan unik bagi 560 juta konsumen di wilayah (Asia Tenggara),” ujar Bittner.
Lazada didirikan oleh inkubator Jerman, Rocket Internet, tahun 2011. Kantor pusatnya terletak di Singapura. Wilayah operasionalnya mencakup enam negara di wilayah Asia Tenggara, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
“Apa yang Alibaba bisa lakukan adalah mengintegrasi bisnis dan memperkenalkan para penjual yang sudah ada untuk mengekspor produk dagangan ke luar negeri,” tutur Yujie seperti dikutip dari Bloomberg.
Jumlah pengguna internet di keenam negara tersebut diperkirakan mencapai 200 juta. Sementara itu, kontribusi e-commerce terhadap keseluruhan pasar ritel baru 3 persen sehingga masih menyisakan peluang pertumbuhan yang besar.