Menunggu Lailatul Qadar Ditemani Secangkir Kopi Sarkam Ampel

Hal yang tidak bisa saya lupakan ketika menjelang lebaran dengan mengunjungi makam Sunan Ampel Surabaya, bukan hanya berkunjung saja lebih tepatnya mengaji. Seperti biasa malam 27-30 Ramadhan pasti banyak yang kesini dan yang pasti parkiran akan penuh. Tidak hanya warga Surabaya sendiri yang datang kesini bahkan luar kota ataupun rombongan luar Pulau juga banyak yang berdatangan.

Menunggu Lailatul Qadar Ditemani Secangkir Kopi Sarkam Ampel

Selesai mengaji banyak pengunjung yang melakukan itikaf di Masjid atau ada juga yang berbelanja pakaian lebaran dan makanan lebaran seperti roti dan aneka macam kurma. Saya sendiri lebih memilih cari makanan ataupun kopi daripada harus berdesak-desakan dengan para pengunjung lain.

Kopi Sarkam Ampel

Setelah tanya teman-teman tentang warkop daerah sini yang terkenal sebelah mana ada saran disuruh nyari yang namanya warung kopi sarkam, setelah beberapa menit mencari akhirnya ketemu juga yang tak jauh dari pintu masuk Sunan Ampel. Usut punya usut, warkop ini sudah berdiri sejak lama sekitar tahun 1950-an sampai sekarang ini dan dulunya ini merupakan tempat perkumpulan masyarakat dari beberapa kalangan dengan tujuan untuk bisnis atau berdagang dan ada cerita lebih seru lagi dari warung kopi sarkam ini yaitu mengenai “Kawan Lama”. Jika kalian kesini akan bertemu dengan kawan lama, ntah itu hanya sebuah mitos atau sekedar dongeng karena saya sendiri pada waktu kesitu tidak bertemu kawan lama, hehe

Menunggu Lailatul Qadar Ditemani Secangkir Kopi Sarkam

Tapi kalau kalian kesini pasti tidak akan menyesal, tempatnya yang begitu nyaman dan bisa juga mencari tempat sebelah jalan raya sambil melihat lalu lalang kendaraan menuju makam Sunan Ampel dan yang pastinya kopi yang dijual sangat nikmat dari aromanya saja sudah bikin semangat apalagi kalau sudah di seruput pasti bikin ketagihan, kopi yang dibuat ini jenis arabika yang baru selesai di selep dan keliatan masih kasar tetapi sangat harum kemudian disajikan untuk penikmat kopi disini rasanya tidak ada bedanya dengan 50 tahun silam.

Tak terasa melihat kearah jarum jam sudah menunjukkan jam 2 pagi, entah tadi lailatul qadar jadi turun apa belum, hehe tak lama kemudian saya pun balik kerumah untuk beristirahat, semoga lain kali dapat menikmati kopi sarkam kembali.